Burung Hantu Harry Potter Adalah

Burung Hantu Harry Potter Adalah

Habitat luas dan beragam

Mereka cenderung membuat sarang di permukaan tanah yang terbuka, terutama di atas gundukan salju atau tanah yang rendah. Mereka menggunakan bahan-bahan seperti rumput, dedaunan, dan bulu untuk membuat sarang yang sederhana dan tidak terlalu terlihat. Lokasi sarang yang terbuka memberikan mereka pandangan yang luas untuk mengamati lingkungan sekitar dan mendeteksi potensi bahaya atau mangsa yang mendekat.

Pola diet yang khas

Dikenal sebagai pemangsa yang efisien, dengan diet utama berupa mamalia kecil seperti lemming dan tikus. Dalam kondisi tertentu, mereka juga memangsa burung yang lebih besar dan berbagai jenis mangsa lainnya. Kemampuan berburu mereka yang luar biasa, termasuk penglihatan dan pendengaran yang tajam, membuat mereka menjadi predator yang tangguh di habitatnya.

Beberapa populasi Burung Hantu Salju melakukan migrasi ke selatan, terutama ketika sumber makanan di habitat asli mereka menipis. Migrasi ini bisa membawa mereka ke daerah yang jauh dari habitat Arktik asli mereka, bahkan hingga ke negara bagian selatan seperti Texas di Amerika Serikat. Fenomena migrasi ini masih menjadi subjek penelitian yang menarik bagi para ilmuwan.

Kemampuan berkamuflase

Bulu berwarna putih yang membantu mereka berkamuflase di lingkungan bersalju, sehingga mereka lebih sulit terlihat oleh predator dan mangsa. Warna bulu ini juga bisa sedikit berubah menjadi lebih gelap selama musim panas untuk menyesuaikan dengan lanskap tundra berbatu. Adaptasi ini memberikan perlindungan tambahan dan meningkatkan keberhasilan berburu di berbagai musim.

Kehidupan keluarga

Burung Hantu Salju bisa bertelur hingga 11 butir dalam satu musim kawin, dengan jumlah yang dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, terutama lemming. Mereka sering menunjukkan perilaku monogami selama satu musim kawin, di mana pasangan jantan dan betina bekerja sama merawat telur dan membesarkan anak-anak mereka. Namun, mereka bisa berganti pasangan di musim berikutnya, tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan.

Nah, itu dia beberapa fakta lain tentang burung hantu salju atau Snowy Owl semoga menambah wawasan buat kamu. Meskipun populasinya tidak terancam, kita harus tetap menjaga kelestarian hewan cantik ini.

Baca Juga: Fakta Menarik Burung Fiery-Throated Hummingbird, Bulunya bak Berlian

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Penglihatan monokromatik

Burung ini memiliki penglihatan warna terbatas karena mata mereka memiliki lebih banyak sel batang daripada sel kerucut. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya dan memungkinkan penglihatan yang sangat baik dalam kondisi cahaya rendah, tetapi tidak mendeteksi warna.

Adaptasi ini membuat Burung Hantu Salju efektif berburu dalam kegelapan, meskipun mereka melihat dunia dalam skala abu-abu atau dengan warna yang sangat redup. Mereka mengandalkan perbedaan intensitas cahaya dan kontras untuk mengenali lingkungan dan mendeteksi gerakan mangsa.

Banyak penggemar Harry Potter ingin memelihara burung hantu.

Burung hantu Harry Potter, Hedwig, memang terlihat lucu dan tampak jinak. Dalam penelitian yang dipublikasikan Global Ecology and Conversation, Nijman dan Nekaris meyakini Hedwig menginspirasi para penggemar Harry Potter untuk memiliki burung hantu sendiri dengan menjadikan spesies langka tersebut sebagai peliharaan.

Dalam riset mereka, Nijman dan Nekaris menemukan penjualan burung hantu secara ilegal meningkat pesat seiring dengan bertambahnya popularitas Harry Potter. Pada 2001, tahun di mana film yang dibintangi Daniel Radcliff tersebut dirilis, hanya beberapa ratus burung hantu yang dijual ilegal di Indonesia.

Lalu, pada 2016, jumlah tersebut meningkat menjadi lebih dari 13.000 ekor. Harganya pun terbilang sangat terjangkau, yakni, mulai Rp 130-an ribu hingga Rp 400 ribu. Burung hantu kini juga semakin banyak ditemui di pasaran. Padahal, menurut Nijman dan Nekaris, sebelum 2001 ada kurang dari 0,1 persen burung hantu yang dijual.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Baca Juga: 15 Foto di Balik Layar Film Harry Potter yang Bikin Kangen

Burung hantu kecil 'Otus scops' masih dapat dijumpai di alam liar sekitar Asia dan Eropa. Akan tetapi, 'Efek Harry Potter' berdampak pada perdagangan burung hantu yang membuat keberadaannya terancam. Film dan novel ini mendorong masyarakat Indonesia ingin memiliki burung hantu.

Nationalgeographic.co.id—Harry Potter punya penggemar yang sangat tinggi di seluruh dunia. Awalnya, cerita fantasi ini merupakan tujuh novel karya J.K. Rowling sejak 1997 hingga 2007.

Kemudian cerita tentang penyihir berkacamata tersebut diadaptasi menjadi film sejak 2001. Sekuel pertamanya bertajuk Harry Potter and the Sorcerer's Stone (Harry Potter dan Batu Bertuah) yang disutradarai Chris Columbus. Adaptasi film ini membuat penggemar cerita tentang penyihir kacamata tersebut meningkat.

Kegemaran akan cerita fiksi Harry Potter meningkatkan keinginan penggemar akan kehidupan dunia fantasi tersebut. Tidak sedikit barang dagangan yang terkait dengan dunia sihir dan Harry Potter diborong oleh penggemar di seluruh dunia, berapa pun harganya.

Dalam cerita Harry Potter, terdapat burung hantu salju (Bubo scandiacus) yang menjembatani dua dunia, dunia nyata (manusia) dan sihir. Burung hantu ini bak kurir. Salah satunya yang bernama Hedwig yang muncul di novel pertamanya, menjadi pihak pertama yang mengantar undangan ke Hogwarts, sekolah sihir.

Burung hantu menjadi rekan selamanya bagi setiap tokoh yang menjadi murid sihir di Hogwarts. Misalnya, Hedwig dan Harry atau Ron Weasley dan Pigwidgeon yang merupakan burung hantu Otus scops. Masih ada banyak spesies burung hantu yang mewarnai cerita Harry Potter sampai sekuel terakhirnya Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2.

Kedekatan manusia dan burung hantu, sangat digambarkan dalam film Harry Potter. Kedekatan ini digambarkan sebagai 'keakraban' antara manusia dan satwa liar yang punya dampak negatif bagi konservasi satwa.

Sebuah penelitian tahun 2017 di jurnal Global Ecology and Conservation mengungkapkan bahwa Harry Potter berdampak pada perdagangan burung hantu. Makalah bertajuk "The Harry Potter effect: The rise in trade of owls as pets in Java and Bali, Indonesia" digarap oleh Vincent Nijman dan K. Anne-Isola Nekaris, dua peneliti satwa liar di Oxford University.

Penelitian itu mengungkapkan adanya "Efek Harry Potter" di Indonesia. Banyak orang membeli burung hantu setelah novel Harry Potter dirilis pada awal 2000-an. Sebenarnya, tren pembelian burung hantu sudah ada sebelumnya, namun makhluk tersebut jarang muncul di pasar burung.

Nijmagen & Nekaris, 2017

Jumlah pembelian burung hantu di Indonesia di Jawa dan Bali yang meningkat setelah novel dan film Harry Potter muncul. Vendor bahkan menyebut burung hantu sebagai 'burung Harry Potter'.

Di pasar gelap, burung hantu hanya 0,06 persen dari jumlah burung di pasar gelap. Ketika novel dan film Harry Potter muncul, trennya melonjak tinggi, terang para peneliti. Angkanya meningkat menjadi 0,43 persen pada 2008.

Penelitian itu dilakukan oleh Nijman dan Nekaris dengan melihat data dari survei yang pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, para peneliti turun ke lapangan ke beberapa pasar satwa liar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali, untuk memantau jumlah burung hantu yang tersisa.

"Burung hantu diperdagangkan secara terbuka di pasar burung sehingga tidak perlu menggunakan teknik penyamaran," terang para peneliti tekait proses pemantauannya.

"Kami berjalan menyusuri pasar secara perlahan, mencatat burung hantu dengan mengetikkan spesies dan jumlahnya menggunakan ponsel atau dengan menghafal nomor dan menuliskannya di buku catatan langsung saat meninggalkan pasar."

Penelitian ini bahkan mengungkapkan, beberapa penjual tidak menyadari bahwa menjual burung hantu langka yang sudah lama tidak ditemukan.

Mayoritas burung hantu yang dijual di pasar gelap ditangkap di alam liar. Penangkapan ini dipicu akibat adanya permintaan di pasar untuk memiliki burung hantu. Para peneliti khawatir, meningkatnya permintaan dapat mengancam keberadaan burung hantu di alam liar, dan mengantarkannya pada kepunahan.

Kondisinya semakin mengkhawatirkan seiring waktu karena akses internet dan media sosial Indonesia yang meningkat. Ada banyak satwa liar, termasuk burung hantu, diperdagangkan secara daring.

Para peneliti bahkan menjumpai di dalam perdagangan burung hantu tidak lagi disebut sebagai "burung hantu". Saat berdiskusi, para vendor sering menyebut burung hantu sebagai burung Harry Potter.

"Efek Harry Potter" yang mendorong masyarakat memelihara burung hantu tidak hanya di Indonesia. Melansir BBC, India juga memiliki permasalahan yang sama pada 2010 setelah Harry Potter menjadi sangat populer.

Antara Gajah, Hutan, dan Kehidupan yang Perlu Diselamatkan

Burung Hantu Salju (Bubo scandiacus) memiliki berat antara 1,6 hingga 3 kilogram, panjang tubuh 50 hingga 70 cm, dan rentang sayap mencapai 116 hingga 183 cm. Mereka dikenal dengan bulu putih tebal yang membantu berkamuflase di lingkungan bersalju. Burung ini memiliki penglihatan dan pendengaran yang tajam, memungkinkannya berburu mangsa dengan efisien.

Selain itu, mereka menjadi terkenal di budaya populer sebagai Hedwig, burung hantu peliharaan Harry Potter dalam seri buku dan film terkenal. Popularitas ini telah meningkatkan kesadaran publik terhadap spesies tersebut. Ingin tahu fakta-fakta lainnya? Berikut penjelasannya.

Mereka khawatir ini mempengaruhi spesies burung hantu.

"Popularitas burung hantu di Indonesia sebagai binatang peliharaan meningkat ke level yang bisa mengancam konservasi beberapa dari spesies yang sudah langka ini," kata Nijman dan Nekaris. Artinya, keduanya khawatir bila penjualan burung hantu secara ilegal terus dibiarkan, maka jumlah mereka di alam liar akan semakin berkurang.

Meski menyetujui pernyataan ini, tapi ada juga yang mempertanyakan korelasi antara Harry Potter dan tingginya permintaan terhadap burung hantu. Keduanya pun berargumen bahwa,"Harry Potter menormalisasi burung hantu sebagai binatang peliharaan." Salah satu buktinya adalah burung hantu kini lebih dikenal sebagai 'burung Harry Potter'. (BBC membahas fenomena tersebut pada video berdurasi 2 menit ini).

Keduanya juga menyoroti fakta bahwa pemerintah Indonesia tidak memasukkan burung hantu sebagai spesies yang dilindungi. Burung hantu dijual bebas di sejumlah pasar burung di Jawa dan Bali memang terlihat menarik. Namun, Nijman dan Nekaris meyakinkan bahwa spesies ini rentan mati bila dijauhkan dari habitatnya di alam liar.

Baca Juga: Harry Potter & 13 Fakta Unik Ini Dijamin Bikin Kamu Merasa Tua!

Bobo.id – Siapa yang suka Harry Potter? Yap, buku dan filmnya memang sudah sangat terkenal.

Teman-teman pasti sudah tahu kalau di dalam film Harry Potter, setiap murid di Hogwarts punya hewan peliharaan.

Burung hantu merupakan salah satu hewan peliharaan yang populer.

Nah, tahukah teman-teman? Ternyata, ada lima jenis burung hantu yang digunakan dalam film Harry Potter.

Apa saja, ya? Yuk, cari tahu!

BACA JUGA: Keren! Burung Hantu Punya 3 Kelopak Mata yang Fungsinya Berbeda-beda

1. Burung Hantu Salju

Pixabay Burung hantu salju.

Sesuai dengan namanya, hewan bernama latin Bubo scandiacus ini tinggal di tempat dingin yang penuh salju. Warna bulu burung hantu salju jantan lebih putih dibanding betina. Makin dewasa burung hantu salju jantan, makin putih warna bulunya.

Bahkan, ada juga yang warnanya putih bersih. Ukuran tubuh sang jantan juga lebih kecil dibanding bentina. Uniknya, burung hantu salju yang masih kecil justru warnanya coklat kehitaman.

2. Burung Hantu Elang

Pixabay Burung hantu elang.

Burung hantu elang (Bubo bubo) adalah salah satu jenis burung hantu terbesar. Panjang tubuhnya bisa mencapai 70 sentimeter. Burung hantu elang biasanya memangsa hewan kecil, seperti kelinci.

BACA JUGA: Burung Hantu Ketupu, Dapat Bertahan Tidak Tidur di Siang Hari

3. Burung Hantu Cokelat

K.-M. Hansche Burung hantu cokelat.

Burung hantu cokelat.

Burung hantu cokelat (Strix aluco) termasuk ke dalam burung hantu ukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 37 – 46 sentimeter. Sama dengan kebanyakan burung hantu lainnya, burung hantu cokelat juga punya pendengaran yang tajam.

Burung hantu ini biasanya memangsa rondent, bahkan burung hantu yang ukurannya lebih kecil.

4. Burung Hantu Abu-Abu Besar

Pixabay Burung hantu abu-abu besar.

Burung hantu abu-abu besar.

Burung hantu abu-abu besar (Strix nebulosa) adalah jenis terbesar di dunia. O iya, berbeda dari burung hantu kebanyakan, burung hantu abu-abu besar berburu di siang hari.

5. Burung Hantu Lumbung

Megan Lorenz/Getty Images/iStockphoto Burung hantu lumbung.

Megan Lorenz/Getty Images/iStockphoto

Burung hantu lumbung.

Burung hantu lumbung (Tyto alba) adalah salah satu jenis yang banyak ditemukan di berbagai tempat. Uniknya, hewan ini memiliki bulu yang sangat halus. Bulu halus ini membantunya untuk terbang tanpa terdengar mangsanya. Sayangnya, bulu-bulu halusnya tidak tahan air.

BACA JUGA: Mengapa Burung Hantu Dianggap Bijaksana?

Lihat juga video ini, yuk!

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi

Diambil dari alam liar

Karena tidak ada program penangkaran burung hantu di Indonesia, satwa itu harus diambil langsung dari alam liar.

"Ada orang yang bertugas melakukannya, yang kerjanya masuk hutan dan menangkap mereka untuk kami. Dia tahu ke mana harus mencari dan bagaimana menangkap mereka. Kami tidak tahu pasti bagaimana mereka melakukannya, kami hanya mendapat burung hantu," kata Muhammad Rizaldi.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Menurut peneliti satwa, para pencari burung hantu sengaja mencari sarang dan mengambil bayi burung hantu dari sana.

Dari semua burung hantu, hanya ada satu spesies yang masuk kategori satwa dilindungi di Indonesia. Dan juga tidak ada kuota penangkapan burung hantu liar.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Itu artinya, menurut Femke, menangkap burung hantu di alam liar adalah perbuatan ilegal.

"Masalah ini masuk wilayah abu-abu. Menangkapnya dari alam jelas ilegal, memeliharanya tidak diapa-apakan oleh pemerintah. Begitu satwa keluar dari habitannya dan tidak ada orang yang ditahan karena menangkapnya, semuanya terlambat. Tiada tindakan yang akan ditempuh," kata Femke.

Polisi Hutan mengatakan kepada BBC bahwa mereka hanya bisa beraksi jika burung hantu masuk daftar satwa dilindungi.

Femke menyebut aturan itu harus diubah.

"Jadi saat orang-orang menjadikannya sebagai hewan peliharaan, binatang itu harus disita karena mereka punya peran penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem," ujar Femke.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Saat berkunjung ke Pasar Burung Pramuka di Jakarta, BBC menyaksikan sejumlah burung hantu yang dijual di suatu kios. Burung-burung itu sulit tidur karena suara berisik dan lampu neon.

"Sebagian besar burung hantu yang dijual di pasar burung mati dengan cepat karena mengalami stress. Jelas dampaknya besar terhadap populasi burung hantu di alam liar. Burung hantu punya peranan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan menangkapnya dari alam liar dan dijual di pasar burung, itu sangat memprihatinkan," kata Femke.

Penulis buku Harry Potter, JK Rowling, bebrapa waktu lalu berkata: "Jika seseorang terpengaruh oleh buku-buku saya lalu mengira burung hantu akan lebih bahagia ditempatkan di kandang kecil dan ditaruh di rumah, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk berkata selantang mungkin, 'Anda salah'."

"Jika Anda penyuka burung hantu dan mencari penyaluran, mengapa tidak mensponsori suaka burung sehingga Anda bisa berkunjung dan mengetahui Anda telah memberinya kehidupan yang sehat dan bahagia."

Sumber gambar, BBC Indonesia

Beberapa waktu lalu, sebagian khalayak gemar menjadikan elang laut sebagai hewan peliharaan.

Kini burung itu sudah menjadi satwa dilindungi karena terancam kepunahan.

Kini ada kekhawatiran penggemar Harry Potter akan mendorong burung hantu di Indonesia ke arah yang sama.

Walaupun serial Harry Potter telah berakhir, namun membicarakannya bukanlah hal yang membosankan! Ada saja yang bisa diungkap dari film yang mengangkat nama Daniel Radcliffe ini.

Ada beberapa benda yang awalnya tidak begitu diperhatikan namun akhirnya menjadi penting setelah munculnya Harry Potter. Salah satunya adalah burung hantu! Hewan ini berperan sebagai pengantar surat dan hampir semua penyihir memilikinya. Satwa satu ini menjadi populer setelah kemunculan Harry Potter. Banyak sekali fans yang memutuskan untuk memelihara paling tidak satu burung hantu sebagai bukti kefanatikan mereka pada Harry Potter.

Sayangnya, begitu serial ini berakhir, banyak juga yang akhirnya tidak tertarik untuk merawat burung hantu mereka dan menelantarkannya begitu saja. Di Inggris, ada ratusan burung hantu yang dilepaskan ke alam liar secara ilegal oleh pemiliknya. Hal ini diakibatkan demam Harry Potter telah berakhir dan biaya untuk merawat burung hantu sangat mahal. Seseorang dari Owlcenter di Inggris, Pam Toothil mengatakan awalnya ia sudah memelihara 6 ekor burung hantu, namun setelah demam Harry Potter berakhir, ia menyelamatkan 100 ekor burung hantu yang dilepas secara ilegal dan merawat mereka.

Definisi burung hantu di dunia sihir adalah makhluk ajaib yang seringkali digunakan untuk mengirim surat dan paket. Mereka digunakan karena memiliki kecepatan, kebijaksanaan, dan bisa menemukan si penerima walaupun tanpa alamat. Burung hantu juga memiliki bulu yang lembut sehingga tidak menimbulkan bunyi bising ketika terbang. Mereka juga pandai berkamuflase sehingga ideal untuk memberikan surat, apalagi surat penting yang tidak boleh diketahui isinya oleh musuh.

Burung hantu dilatih untuk membawa surat-surat. Hanya beberapa jenis burung hantu yang bisa menunaikan tugas ini yaitu burung hantu yang mampu menemukan penyihir, di mana pun ia berada.

Burung hantu juga digunakan untuk tujuan komersial seperti Kantor Pos di Hogsmeade yang mengirimkan pos dengan burung hantu. Burung hantu juga bekerja untuk mengantarkan surat kabar dan majalah seperti Daily Prophet dan The Quibbler kepada para pelanggan. Kementrian sihir sempat menggunakan burung hantu untuk mengantarkan memo antar departemen. Namun karena burung hantu membuat kantor kotor dengan bulu dan kotoran mereka, akhirnya Kementrian beralih menggunakan pesawat kertas.

Tampaknya berbeda jenis burung hantu, berbeda juga jarak yang bisa mereka tempuh untuk mengirim surat. Burung hantu jenis scops seperti burung hantu milik Ron, Pig hanya bisa mengirim surat jarak dekat.

Hedwig merupakan burung hantu milik Harry Potter dan burung hantu paling terkenal di antara burung hantu lainnya karena ia adalah sahabat sejati Harry Potter. Hedwig diceritakan lahir sebelum tahun 1991 (ia menjadi peliharaan Harry pada tahun 1991) dan mati pada 27 Juli 1997 akibat pertempuran dengan Pelahap Maut. Hedwig adalah kado ulang tahun dari Hagrid untuk ulang tahun Harry yang kesebelas.

Hedwig merupakan burung hantu jenis snowy (Nyctea scandiaca) karena bulunya yang lembut dan putih seperti salju. Ada alasan mengapa J.K. Rowling memilih burung hantu jenis snowy sebagai burung hantu utama di novelnya. Ia menganggap bahwa burung hantu snowy adalah jenis burung hantu yang paling indah.

Hedwig diperankan oleh seekor burung hantu snowy bernama Gizmo. Untuk peran berbahaya, Gizmo digantikan oleh Ook dan Sprout. Gizmo merupakan burung hantu jantan sedangkan Hedwig yang ia perankan adalah burung hantu betina. Menarik bukan? Burung hantu snowy jantan memiliki warna bulu yang lebih putih dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding burung hantu snowy betina.

Pada novel Harry Potter dan Batu Bertuah, J.K. Rowling menulis bahwa Hedwig memiliki suara ‘uhu’, padahal burung hantu snowy memiliki suara seperti anjing menggonggong. J.K. Rowling mengakui kesalahannya, namun ia tetap menulis bahwa Hedwig ber-uhu di novel-novel berikutnya.

Errol adalah burung hantu jenis Great Grey (Strix nebulosa) milik keluarga Weasley. Errol yang sudah tua dan memiliki penglihatan yang buruk seringkali menabrak-nabrak ketika terbang. Ia muncul pertama kali di Harry Potter dan Kamar Rahasia. Di film ini terlihat ia menabrak kaca jendela dapur rumah keluarga Weasley, serta mendarat di meja makan Gryffindor ketika mengantarkan howler untuk Ron. Ia juga yang mengantar kado ulang tahun Harry yang ketiga belas di Hogwarts. Errol seringkali pingsan karena kelelahan setelah mengirim paket. Ron mengejeknya karena umurnya yang sudah tua.

Errol bisa jadi berasal dari kata ‘error’ karena berbagai kekacauan yang biasa ia lakukan. Ron seringkali memanggilnya ‘burung hantu berdarah’ dan ‘ancaman’.

Hermes adalah burung hantu jenis screech (Megascops) milik kakak Ron, Percy Weasley. Burung ini merupakan hadiah yang diberikan oleh ayahnya ketika ia menjabat sebagai prefek di tahun kelimanya di Hogwarts. Pada tahun kelima Ron, tahun 1995, Percy mengirim surat ke Ron menggunakan Hermes. Surat tersebut berisi peringatan untuk tidak mempercayai Harry Potter dan meminta Ron untuk berada di pihak Dolores Umbridge dan Kementrian Sihir.

Burung hantu screech masih merupakan genus Megascops yang akan dibagi lagi ke 21 spesies. Burung hantu screech dijual di Eeylops Owl Emporium seharga 15 Galleon.

Atau yang sering dipanggil Pig ini merupakan burung hantu jenis scops berwajah putih (Otus leucotis) milik Ron Weasley. Ia mendapat burung hantu ini sebagai ganti tikusnya, Scabbers, yang ternyata adalah Peter Pettigrew.

Burung hantu scops merupakan burung hantu dengan ukuran paling kecil. Saking kecilnya, kita bisa menggenggamnya. Tidak salah jika ia tampak seperti snitch berbulu. Pig selalu bersemangat jika disuruh mengantar surat walaupun ukurat surat sangatlah besar dibanding dengan ukuran tubuhnya.

Pigwidgeon merupakan nama yang diberikan oleh Ginny Weasley. Ron tidak begitu menyukainya dan berusaha mengubah namanya, namun burung tersebut tidak mau dipanggil dengan nama lain.

Keluarga Longbottom memiliki burung hantu dengan jenis Barn (Tyto alba). Tidak banyak cerita mengenai burung hantu yang satu ini dan tidak muncul di film sama sekali.

Burung Hantu Sirius Black

Ini burung hantu yang unik karena berwarna hitam. Sebenarnya tidak ada burung hantu yang berwarna hitam, namun sutradara Mike Newell memaksa untuk menggunakan burung hantu warna hitam supaya sesuai dengan novel. Akhirnya burung hantu yang akan digunakan di film ini diwarnai dengan pewarna makanan tidak beracun sehingga bulu-bulunya berwarna hitam.

Burung ini pernah ditugaskan oleh Sirius untuk mengirim surat ke Harry Potter pada tahun keempat Harry di Hogwarts. Burung ini suka sekali menggigit orang. Sirius sempat memperingatkan Harry di suratnya, “P.S. Burungnya suka menggigit.”

Popularitas film dan buku Harry Potter berdampak buruk pada populasi burung hantu di Indonesia. Setidaknya itu yang diyakini oleh pakar ilmu hewan dan satwa langka, Vincent Nijman dan Anna Nekaris, dari Oxford Brookes University.

Bagaimana Harry Potter jadi kutukan bagi burung hantu Indonesia?

Sumber gambar, BBC Indonesia

Rajib Hadie membayar lebih dari Rp1 juta untuk spesies burung hantu dengan nama Latin, Bubo Sumatranus. Saat masih kanak-kanak, burung hantu Indonesia ini mirip sekali dengan hewan peliharaan Harry Potter, Hedwig.

Dengan kacamatanya, Hadie juga mirip dengan tokoh penyihir rekaan penulis JK Rowling itu.

"Orang-orang bilang saya mirip Harry Potter dan semakin banyak yang bilang begitu setelah saya memelihara burung hantu. Dan burung hantu saya warna bulunya sama dengan burung hantu Harry Potter," kata Hadie.

"Sekarang banyak burung hantu yang dijual di Indonesia jadi makin mudah mendapatkannya," tambahnya pula.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Mochie adalah nama burung hantu peliharaan Hadie. Matanya besar dengan bulu putih bergaris cokelat tipis serta paruh dan kaki putih.

"Yang saya sukai dengan Harry Potter adalah kita bisa masuk ke dunia lain yang berbeda dengan kenyataan sekarang. Ada makhluk ajaib dan luar biasa di dunia itu. Dan, untungnya, ada satu kesamaan dengan kenyataan, yaitu burung hantu. Di Indonesia, ada burung hantu yang sangat mirip dengan yang di film Harry Potter," kata Hadie.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Rajib Hadie merupakan salah seorang anggota komunitas burung hantu Jakarta. Sejak didirikan tahun lalu, komunitas itu kini beranggotakan lebih dari 30 orang.

Berdasarkan penelitian antropolog Vincent Nijman dan ahli biologi konservasi Anne Nekaris dari Universitas Oxford Brookes di Inggris, jumlah burung hantu liar yang dijual di pasar-pasar burung Indonesia meningkat secara dramatis dalam 10 tahun terakhir.

Surveinya di 20 pasar burung menunjukkan ada 13.000 burung hantu yang dijual.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Muhammad Rizaldi mengaku tetangga-tetangganya tidak terkesan ketika tahu dirinya memelihara burung hantu kecil dari Jawa setelah terinsipirasi film Harry Potter.

"Burung hantu dipandang sebagai hewan yang mistis. Ketika burung hantiu berkicau, orang percaya bahwa memang ada hantu datang. Mereka juga dikaitkan dengan dunia roh karena mereka aktif pada waktu malam dan muka mereka menakutkan," kata Rizaldi.

Sumber gambar, BBC Indonesia

Dia berkeras bahwa dirinya dan rekan-rekannya tidak menyalahgunakan burung hantu dan berupaya memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai burung hantu.

"Kami tidak memperlakukan burung hantu dengan kejam. Kami berupaya membuat hidup mereka sealami mungkin dan memberi makanan seperti yang mereka makan di alam liar. Bedanya di sini mereka dekat dengan alam, tapi juga mereka dekat dengan manusia."

Sumber gambar, BBC Indonesia

Akan tetapi, peneliti dan pegiat perlindungan satwa tidak sependapat.

"Hewan-hewan ini tidak akan pernah bisa dipelihara dengan sebaik apa pun. Mereka adalah burung liar dan mereka hidup di malam hari," kata Femke de Haas dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN).

"Ada aspek-aspek yang sangat negatif terkait kesejahteraan burung-burung ini, walau orang yang memeliharanya mengaku mencintainya dan melakukan sebaik mungkin. Mereka justru mendorong perdagangan burung ilegal," lanjut Femke.